Manusia dan Penderitaan: Kekerasan yang Terjadi Dalam Hubungan percintaan

    Cinta dan afeksi diagungkan oleh manusia sama seperti benci dan dendam dipelihara dalam hati. Bila tidak ada cinta, tak ada yang namanya rasa benci. Semua yang ada di dunia akan dirasakan datar, tawar, dan hampa.
   Cinta merupakan salah satu emosi yang dirasakan dan dialami oleh seorang individu, bahkan meskipun sepanjang hidupnya kegetiran terus menghampirinya. Rasa sayang dan cinta manusia beriringan dan bergiliran dengan rasa tidak suka, gembira, marah, sedih, jijik, kecewa, terharu, dan seterusnya. Belum ada yang melihat rasa cinta yang terwujud menjadi materi berwujud yang bisa dipegang, dilihat, dicium, dan  dicicipi, walaupun dampak dari rasa cinta itu terlihat nyata.
    Namun apa yang terjadi apabila rasa cinta yang begitu berlebihan malah menimbulkan gejolak amarah dan emosi yang tidak karuan? cemburu buta bahkan overprotektif bisa terjadi disini. Kecemburuan memang berasal dari rasa sayang dan cinta yang amat dalam. Sehingga menimbulkan rasa ingin memiliki seutuhnya. Sesorang yang kita cintai setengah mati pasti akan sangat kita lindungi. Seakan tidak boleh ada yang lain yang terlibat dalam kisah cinta itu. Emosi yang tak terkontrol pun dapat menyebabkan adanya hal-hal negatif yang justru sangat merugikan diantara kedua belah pihak. Misalnya kekerasan dalam menjalin hubungan. Yang jelas menjadi akibat dari rasa-rasa yang tidak terkontrol seperti itu.
     Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence) adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur pemaksaan, tekanan, perusakan, dan pelecehan fisik maupun psikologis yang terjadi dalam hubungan pacaran. Kekerasan dalam pacaran meliputi kekerasan fisik, emosional, dan atau verbal oleh seseorang kepada pasangannya yang dilakukan dalam hubungan pacaran. Hal ini bisa dilakukan tidak hanya oleh pria, melainkan juga oleh wanita.
     Berikut beberapa bentuk kekerasan yang sering terjadi di dalam pacaran, yaitu: Kekerasan fisik, meliputi memukul, menendang, menjambak rambut, menampar, menonjok, melempar benda, membawa ke tempat yang membahayakan keselamatan korban. Kekerasan seksual, meliputi setiap kontak seksual yang tidak diinginkan, rabaan, ciuman, melakukan hubungan seksual yang tidak kita kehendaki dengan berbagai ancaman. Kekerasan emosional atau psikis, meliputi mengejek, curiga berlebihan, selalu menyalahkan pacar, mengekang, melarang atau membatasi aktifitas kita, memerasa, melarang kita untuk menegur orang lain. Kekerasan secara ekonomi, bentuk kekerasan ini memang tidak terlalu terasa dan bahkan menganggap tidak pernah ada, kekerasan yang sering timbul dalam hal ekonomi diantaranya berupa peminjaman uang dan/atau barang yang pada ketika ingin ditagih maka si peminjam beralasan yang macam-macam, kemudian dapat juga dengan pengendalian terhadap pengeluaran dari salah satu pihak, misal: selalu minta ditraktik dan belnaja barang yang mewah, ketika tidak dituruti kemauannya maka akan berimbas kepada kekerasan yang lain, bisa fisik maupu psikis.
  Berbeda dengan kekerasan fisik dan seksual, kekerasan emosional tidak meninggalkan luka yang jelas dan sulit dijelaskan, tapi efeknya bisa lebih parah daripada luka fisik. Kekerasan fisik ini seringkali dimulai dari hal-hal yang sederhana. Korban membiarkan terjadi karena menganggap tidak ada resiko besar yang akan menjadi konsekuensi dari ‘pembiaran’ tadi. Rasionalisasi yang dilakukan korban misalnya “lagian dia kan pacarku” atau “sesekali bolehlah”.

Komentar

Postingan Populer