KRITIK ARSITEKTUR NORMATIF : MUSEUM BANK INDONESIA



Pada pertemuan terakhir untuk mata kuliah Kritik Arsitektur, telah dijelaskan tentang Kritik Arsitektur Normatif dan Kritik Arsitektur Impresionis. Keduanya merupakan metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Kritik Arsitektur selanjutnya. Saya mendapatkan Tugas dalam penulisan Kritik Arsitektur Normatif. Hakikat kritik normatif adalah adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip. Kritik Normatif merupakan suatu prinsip, keberhasilan kualitas lingkungan buatan dapat dinilai. Suatu norma tidak saja berupa standard fisik yang dapat dikuantifikasi tetapi juga non fisik yang kualitatif. Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.

Karena kompleksitas, abstraksi dan kekhususannya kritik normatif perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut :
• Metoda Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
• Metoda Sistemik ( suatu norma penyusunan elemenelemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
• Metoda Tipikal ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu  kategori bangunan spesifik)
• Metoda Terukur ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)

Dalam hal ini, saya memilih Museum Bank Indonesia, Jakarta, sebagai objek penulisan.


Museum Bank Indonesia      




 Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama kali pada tahun 1828.




Museum ini menyajikan informasi peran Bank Indonesia dalam perjalanan sejarah bangsa yang dimulai sejak sebelum kedatangan bangsa barat di Nusantara hingga terbentuknya Bank Indonesia pada tahun 1953 dan kebijakan-kebijakan Bank Indonesia, meliputi pula latar belakang dan dampak kebijakan Bank Indonesia bagi masyarakat sampai dengan tahun 2005. Penyajiannya dikemas sedemikian rupa dengan memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti display elektronik, panel statik, televisi plasma, dan diorama sehingga menciptakan kenyamanan pengunjung dalam menikmati Museum Bank Indonesia. Selain itu terdapat pula fakta dan koleksi benda bersejarah pada masa sebelum terbentuknya Bank Indonesia, seperti pada masa kerajaan-kerajaan Nusantara, antara lain berupa koleksi uang numismatik yang ditampilkan juga secara menarik.





Pada dasarnya bangunan heritage ini didominasi oleh material beton dan kaca. Secara struktur, museum ini menggunakan struktur kolom dan balok beton yang memberikan kesan kokoh dan monumental. jarak antara atap dan lantai bangunan cukup tinggi disesuaikan dengan fungsi bangunan sebagai museum. Selain itu, pemilihan warna putih pada bangunan ini menggambarkan kemegahan dengan sentuhan alami. 








Museum ini menjadi salah satu ikon bangunan heritage yang berdiri di Kota Metropolitan. Secara keseluruhan, bentuk bangunan Museum Bank Indonesia bergaya kolonial Belanda. Dengan bangunan yang tinggi ditambah pilar-pilar yang menggambarkan tipikal gedung-gedung di masa pemerintahan Belanda. Tampak luar bangunan cukup serasi dengan apa yang ada di dalamnya (interior). 

Interior Museum Bank Indonesia dirancang sangat sesuai dengan fungsi bangunan. Berfungsi sebagai museum dan bangunan cagar budaya, interior bangunan ini terdiri dari tampilan-tampilan dengan memanfaatkan teknologi  yang cukup menarik dan informatif terhadap pengunjung yang datang. Untuk pengunjung anak-anak keberadaan pameran di dalam museum juga tidak membosankan. 








Museum ini terdiri dari beberapa area. Area pertama yang akan dijumpai setelah memasuki bangunan museum adalah auditorium. Di ruang auditorium, pengunjung bisa melihat penayangan film pendek tentang sejarah perkembangan sistem keuangan di Indonesia. Beranjak dari ruang auditorium, pengunjung akan mulai memasuki area pameran atau display. Ruang display ini berurut sesuai dengan kondisi perkembangan sistem keuangan di Indonesia seperti, dimulai dari gambaran kekayaan Indonesia yaitu rempah-rempah dan hasil bumi dan perdagangan dengan pelayaran yang dilakukan nenek moyang. Selanjutnya ada ruang di masa penjajahan, digambarkan Indonesia yang mulai dikuasai oleh Hindia Belanda dengan Pemerintahan VOC sampai pada pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan termasuk krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 silam.




Beberapa alat peraga yang ditampilkan dalam display yaitu berupa patung, dokumentasi foto tempo dulu, arsip dokumen, pakaian, audio, emas, mata uang Indonesia dari masa ke masa, hingga dokumentasi audio. 




Dari penataan ruang yang ada di dalam museum, dapat digambarkan suatu pembagian ruang yang sesuai dengan fungsi yang ada. Tidak hanya mempertahankan identitas gaya kolonial namun juga memberikan suguhan informasi dengan cara yang modern dan cukup canggih layaknya museum-museum yang mulai berkembang lainnya. Ini merupakan salah satu hal positif yang dapat digambarkan dari Museum Bank Indonesia. Namun disamping hal positif adapula kekurangan yang terdapat dalam penataan ruangnya. Yaitu, pada ruang auditorium yang menampilkan film pendek tentang sejarah perkembangan sistem keuangan di Indonesia juga menampilkan semacam gambaran mengenai ruang-ruang dalam museum sebelum dimasuki lebih jauh dan ditampilkan hanya pada waktu tertentu saja. Sehingga pengunjung yang tidak sempat menyaksikan penayangan tersebut, setelah memasuki beberapa ruang setelahnya, akan tertarik kembali memasuki ruang auditorium. Hal ini justru dinilai akan menimbulkan sirkulasi yang kurang baik antar pengunjung. 




Kesimpulannya, Museum Bank Indonesia merupakan bangunan cagar budaya yang berdiri dan berperan sesuai dengan fungsinya. Bangunan ini selain sebagai tujuan wisata juga merupakan salah satu pusat pembelajaran mengenai perkembangan sistem ekonomi di Indonesia. Adanya fungsi bangunan sebagai museum, sangat penting dalam penataan dan pemanfaatan ruang yang ada. Secara keseluruhan, keberadaan museum ini diharapkan dapat terus dijaga dan dilestarikan karena merupakan aset berharga bagi bangsa. 

Komentar

Postingan Populer