KRITIK ARSITEKTUR DESKRIPTIF : Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan


Pada pertemuan ketiga mata kuliah Kritik Arsitektur, saya sebagai mahasiswa ditugaskan dalam penulisan kritik arsitektur deskriptif terhadap bangunan karya arsitek di Indonesia. Dalam hal ini saya memilih Stadion Akuatik Gelora Bung Karno.


Gambar terkait
(foto: M. Tuflichun Alfath)


Stadion Akuatik Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, menjadi salah satu venue dalam penyelenggaraan pesta olahraga Asian Games 2018 agustus lalu. Stadion dengan luas 24.000 meter persegi ini merupakan hasil desain renovasi dari arsitek ternama, Andra Martin. Sejak berlangsungnya Asian Games 2018 lalu, area ini cukup menarik perhatian banyak orang. Pasalnya, arena pertandingan cabang olahraga renang ini di desain dengan gaya modern dan tampak sangat keren. Tak heran, stadion ini mendapat sertifikat internasional dari Federasi Akuatik Internasional (FINA).

Hasil gambar untuk stadion akuatik gelora bung karno desain
(foto: tribunnews.com)



stadion akuatik jakarta taraf internasional
(foto: kumparan)


Stadion Akuatik GBK didominasi dengan warna putih tanpa ornamen khas arsitektur modern. Bangunan terdiri dari bentukan dasar homogen seperti balok kubus dan juga tiang-tiang tinggi. Tribun stadion ini terdiri di sisi barat dan timur. Untuk pencapaiannya, tribun ramah bagi penyandang disabilitas khususnya pengguna kursi roda. Stadion yang berkapasitas 8000 kursi penonton ini terdiri dari kolam renang utama, kolam polo air, kolam loncat indah, dan kolam pemanasan. Panjang kolam renang utama yaitu 50 meter dan untuk keperluan cabang olahraga renang indah, panjang dapat dikecilkan menjadi 25 meter. 

(foto: Antaranews)


Stadion Akuatik GBK merupakan bangunan yang cukup baru di renovasi. Desain atapnya mengambil bentuk transformasi dari gelombang air. Hal ini sesuai dengan fungsi arena sebagai sarana olahraga air, seperti renang, lompat indah, dan sebagainya. Desain ini terlihat cukup ikonik. Namun faktanya, bentuk atap ini tak hanya menarik secara desain, tapi juga berperan secara fungsional yaitu untuk mencegah terjadinya karatan dari penguapan klorin pada area stadion. Selain itu, atap juga dibuat semi terbuka agar dapat mengontrol suhu air pada kolam. Berbagai teknologi modern sudah diterapkan pada stadion ini. Misalnya sistem pencahayaan di dalam stadion sebesar 1.500 lux dan cukup nyaman. 


(foto: PUPR)


Hasil gambar untuk stadion akuatik gelora bung karno
(foto: ANTARA foto)

Sama halnya dengan stadion utama Gelora Bung Karno, stadion akuatik yang pertama kali di bangun pada tahun 1960 ini juga merupakan bangunan cagar budaya. Meskipun arena ini di renovasi sebagai upaya pemenuhan standar untuk penyelenggaraan Asian Games, Stadion Akuatik wajib mempertahankan karakter lamanya.


Hasil gambar untuk stadion akuatik gelora bung karno EXTERIOR
(foto: kompas.com)

Selain bertaraf internasional, Stadion Akuatik GBK juga menjadi stadion akuatik terbaik se-Asia. Stadion ini ramah terhadap penyandang disabilitas. Selain itu, dilengkapi juga dengan fasilitas pendukung lainnya seperti ruang kantor, ruang ganti, musholah, ruang kesehatan, ruang bilas, toilet, dan area parkir pertandingan.


stadion akuatik gbk
(foto: kumparan)



(foto: CNN Indonesia)


Dibalik kemegahan desain Stadion Akuatik GBK terdapat kekurangan yang patut diperhitungkan, yaitu minimnya railing atau pagar pembatas guna menjaga keselamatan penonton. Hal ini terlihat di area bangku penonton yang terdiri dari kursi sebagai tempat duduk saja tanpa pembatas, misalnya untuk turun tidak ada pegangan yang bisa menjamin keseimbangan penonton saat menuruni anak tangga. 


Hasil gambar untuk menata kawasan gbk akuatik
(foto: https://interaktif.kompas.id/menata_kawasan_gbk)


Kesimpulannya, Desain Stadion Akuatik Gelora Bung karno, berhasil dalam aspek estetika maupun fungsional dimana detail bangunan diterapkan serta berfungsi sesuai dengan standar yang berlaku. Atap dari stadion ini menjadi salah satu yang paling ikonik sehingga membuat Stadion Akuatik GBK lebih mudah dikenali dan memegang karakter yang cukup kuat. Selain itu, stadion ini juga ramah terhadap penyandang disabilitas. Hasilnya, arena ini berperan sukses dalam penyelenggaraan Asian Games 2018. hanya saja masih terdapat kekurangan yaitu dari penataan tribun kursi penonton tanpa railing atau pagar. Hal ini tentu merupakan unsur penting mengingat keselamatan penonton harus di utamakan. 

Kurang lebih, demikian kritik yang saya gambarkan terhadap desain Stadion Akuatik Gelora Bung Karno. Atas segala kekeliruan dan kekurangan yang terdapat dalam tulisan diatas, disampaikan permohonan maaf dan semoga bersama bisa mewujudkan pembelajaran serta kritik yang membangun untuk arsitektur Indonesia yang lebih baik. Terimakasih. 

x

Komentar

Postingan Populer